Blog

, ,

Cuti Sehari Selamanya Menginspirasi

Ini masalah hati….

“Jika anda ingin berbicara dari hati ke hati maka gunakanlah bahasa Indonesia” sepenggal kalimat diatas seketika tarpatri indah dalam ingatan di suatu siang di ruang D 207 sekitar 9 tahun yang lalu. Ini bukan kalimat penyemangat atau pepatah indah melainkan ini adalah ekpresi kemarahan dari Alm. Pak Parwi kepada saya, seorang dosen Pronunciation yang luar biasa semangat. Sayang perjumpaan kami terlalu singkat. Saya disini tidak hendak bercerita mengapa beliau memarahi saya, sebab mungkin akan butuh berlembar-lembar untuk menceritakannya, mengapa saya pilih tagline diatas? Yap, benar, karena saya akan mencoba berbagi pengalaman saya dengan Anda dari hati ke hati.

Senin, 22 Agustus 2016 sebuah hari Senin yang akan selalu membekas di sini (*nunjuk dada). Pagi itu saya bangun jauh lebih pagi dari biasanya, jauh lebih semangat dari biasanya, jauh lebih antusias dari biasanya dan jauh lebih gegap gempita dari biasanya. Waktu menunjukan pukul 05.00 pagi, matahari pagi itu masih malu malu menampakan dirinya namun dering di sebuah grup Whatsapp yang berisikan beberapa manusia super sudah berdering silih berganti mengucapkan kalimat sapaan, ucapan selamat pagi, pekikan semangat dan beberapa ekspresi kebingungan yang disebabkan kurangnya pengetahuan jalanan kota Surabaya. Ada apa sebenarnya hari ini?

‘Lekas bangun dari tidur berkepanjangan, cuci muka biar terlihat segar, masih ada cara menjadi besar’ petikan lirik lagu “Menjadi Indonesia” yang dialunkan oleh Efek Rumah Kaca mengawali pagi itu. Langkah seribu pun saya ambil untuk segera mempersiapkan diri menyambut hari yang telah saya nantikan selama kurang lebih 3 tahun terakhir ini yang juga menjadi sebuah kerinduan saya setelah memutuskan vakum dari dunia pendidikan di akhir 2012. Pukul 06.00 tepat saya menyalakan mesin motor saya yang sudah terlihat payah, namun apadaya dia harus kembali menjadi kaki saya hari ini. Sempat rewel namun semua bisa teratasi setelah saya mendaratkan belaian kasih sayang ke speedometernya. Hahahaha.. saya selalu menganggap semua benda itu hidup. Saya mengenakan kostum terbaik yang biasa saya gunakan dalam pekerjaan dan tak lupa membawa tas hitam andalan yang tidak terbuat dari kulit buaya.

Pagi itu Surabaya mendung merekah dan dinginya lumayan memanjakan mata (lho kok?). Yap mata, karena mata saya sudah hafal dengan rute dan pengguna jalan setiap harinya. Kalau biasanya dipenuhi dengan dewasa-dewasa pencari upeti yang berangkat menuju kantor masing-masing, nah hari ini pemandangannya sedikit berubah. Pemandangan yang kebanyakan dihuni oleh adik adik berseragam dengan berbagai warna seragamnya. Perbedaan taraf kepagian berbicara disini.

Waktu menunjukan pukul 06.30 ketika saya memarkir kuda besi saya di halaman sekolah kecil di bagian dalam kota Surabaya barat, bersebarangan dengan sungai dan diapit oleh perkampungan padat penduduk. Sedikit susah mencari letak tepatnya namun karena saya menggunakan CPS (Cangkem Positioning System) maka semua teratasi dengan lebih mudah walau sedikit memerlukan insting. Sesampainya di sekolah tersebut lemparan senyum dari adik adik murid SDN Jajar Tunggal 1 menghiasi pagi saya. Sekali lagi pemandangan yang benar benar berbeda dari biasanya. Berangsur-angsur mereka mulai memadati tanah lapang di bagian tengah sekolah untuk memulai persiapan Upacara Bendera hari Senin. Upacara berjalan dengan hikmat dan sempurna, yang tidak luput dari pantauan saya tidak lain tidak bukan adalah petugas upacara pagi itu dan pada khususnya pasukan pengibar bendera. Yak saya selalu tertarik dengan paskibra entah mengapa.

Slide the image to see more

Kelas Inspirasi Surabaya 4 di SDN Jajar Tunggal 1 resmi dimulai setelah upacara selesai. Rombongan belajar kami yang berisikan manusia-manusia super dari berbagai bidang pekerjaan dan dari berbagai penjuru Surabaya, luar kota bahkan luar pulau mengambil alih lapangan sekolah tersebut. Kami menyapa mereka dengan sangat antusias. Kami berkenalan singkat dengan mereka, kami berikan senyum terindah pagi itu dan kami melakukan sedikit pelemasan otot dengan mereka. Setelah beberapa menit kami melakukan ice breaking kami langsung menuju kelas kelas dimana kami ditugaskan.

“Cuti Sehari Selamanya Menginspirasi.” Tagline tersebut menjadi pemicu semangat kami untuk menginspirasi mereka, memotivasi mereka dan berbagi mimpi dengan mereka. Satu hari mungkin waktu yang sangat singkat bagi kita, namun bagi mereka satu hari dapat merubah pandangan mereka tentang masa depan bahkan juga merubah kualitas hidup mereka.

Saya bergegas menyusuri tangga untuk memijakkan kaki di lantai 2 dimana kelas 5B bertempat. Riuh derap dan celotehan mereka mengisi ruang ruang imajinasi dan mengiringi langkah kaki saya menuju ke hati saya berada. Sesampainya di kelas saya melihat masa depan Indonesia di mata mereka. Senyum yang menyeringai indahnya, semangat yang meletup letup sampai ke pangkal ubun ubun dan pekikan teriakan yang seakan memecahkan gendang telinga sepersekian detik. SELAMAT PAGI ANAK INDONESIA…!!!!!!!!!!!!! Antusiasme mereka menyambut kedatangan saya membuat hati semakin terenyuh. Yang tadinya semangat sampai diujung kepala sekarang telah berganti di ujung tiang bendera. Yak.. semangat tinggi harus semakin ditinggikan. Dan mulai detik itu juga setiap saya meneriakkan semangat tinggi maka mereka dengan serentak menjawabnya dengan TINGGIKAN! Sambil mengangkat kedua tangan layaknya superhero yang akan menjajah langit.

45 menit berlalu dengan cepat, layaknya lama waktu babak dalam pertandingan tim kebanggaan saya Persebaya. Kali ini saya telah menghabiskan salah satu 45 menit paling berharga dalam hidup. Kami tidak berhenti saling menyemangati, kami tidak berhenti saling menginspirasi. Pada awalnya saya berencana memotivasi mereka dengan semua kemampuan terbaik saya dan pada kenyataannya motivasi dari saya membuahkan motivasi besar terhadap mereka sehingga bola motivasi tersebut menggelinding layaknya bola salju yang memaksa saya untuk lebih lagi memotivasi mereka. Yak 100% bukan lagi pembatas, 100% bukan lagi acuan, bukan lagi batasan. Kami sepakat tidak memercayai mitos tersebut yang kami percayai adalah semangat tinggi! TINGGIKAN! Tanpa batasan tanpa acuan tanpa ukuran! Tinggi tinggi tinggi sampai merobek langit!

“Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukan dunia.” Berbagi mimpi, berbagi cita-cita berbagi tips, berbagi ilmu dan berbagi semuanya menjadi salah satu bagian dari bahan pengajaran saya. Bercerita tentang keseharian, bercerita tentang pekerjaan dan membagi informasi tentang perbankan menjadi tugas saya hari itu. Maklum saya adalah seorang pegawai bank. Saya mendapatkan kejanggalan ketika mereka berceloteh belum pernah tahu apa itu ATM. Nah pucuk dicinta ulam tiba. Sebelum hari inspirasi, saya telah menyiapkan sejumlah ATM bekas yang tak terpakai dari rekan rekan seprofesi saya (suwon yo rek) dan ternyata itu berguna. Tidak pikir panjang saya mengeluarkan sejumlah kartu ATM dari tas hitam andalan saya dan membagikannya kepada mereka (tentu saja tidak dengan pin-nya hahaha).

Sesi belajar di kelas 5B dan setelah itu 5A berlangsung dengan sangat lancar. Mereka memberikan timbal balik yang melebihi ekspektasi saya sebelumnya. Yel yel yang bersaut sautan, nyanyian penuh motivasi dan pembelajaran hidup yang mungkin merubah mindset dan pandangan mereka akan pentingnya belajar, juga pentingnya menggapai mimpi dan cita cita telah saya berikan. Dua jam pembelajaran terindah sekaligus yang paling menguras tenaga. Dahaga telah hinggap di tenggorokan dan perut juga tak terasa sudah mulai keroncongan. Saya memutuskan untuk rehat sejenak bersama rekan-rekan relawan lainnya di sebuah ruangan sedang yang berdampingan dengan UKS. Kami mulai bercerita tentang pengalaman 2×45 menit satu dengan yang lain sambil menyantap segarnya teh pucuk harum dan manisnya donat rasa coklat yang telah disediakan oleh pihak sekolah. Sedikit mengobati dahaga dan lapar yang melanda. Kami bercengkerama sekitar 30 menit. Banyak cerita lucu yang membuat kami ternganga yang dilontarkan oleh rekan rekan inspirator lainnya. Setelah berinteraksi kami mengakhiri pertemuan tersebut dengan berdoa bersama untuk kesuksesan setengah acara berikutnya. Yak tadi pagi kami belum sempat memulai dengan doa hahahaha…

Agenda selanjutnya di jam ke-3 adalah, selain kami berbagi pengalaman dan memotivasi mereka, agenda tambahan yang telah kami persiapkan yaitu membagikan piagam cita-cita sebagai reward untuk mereka karena telah mengikuti pembelajaran hari ini dengan sangat antusias. Juga sebagai memorabilia untuk mereka supaya kelak jika mereka melihat piagam tersebut maka semangat mereka kembali menghampiri ubun ubun dan mimpi tetap terjaga, itu harapan kami. Selain itu kami juga mempersiapkan daun cita cita yang akan kami berikan kepada mereka guna digantungkan bersama-sama di pohon impian yang juga telah kami siapkan di halaman sekolah.

Kali ini saya bertugas menginspirasi di kelas 4A. Suasana yang sedikit berbeda dengan kelas 5. Dikelas ini saya harus kerja lebih keras karena murid di kelas 4 jauh lebih susah diatur ketimbang kelas 5. Kerusuhan sempat terjadi ketika saya membagikan daun dan piagam cita cita. Mereka berebut daun dengan warna yang sesuai dengan warna favorit mereka dan berlomba mendapatkan piagam cita-cita. Tidak kehabisan akal dengan dalih membakar semangat, saya mencoba untuk membuat kondisi kelas kembali kondusif, ajakan untuk duduk dengan manis ala guru guru saya di SDN Wates 6 Mojokerto pun menyeruak di benak. Tanpa pikir panjang saya mengajak mereka untuk duduk tertib dan manis dan siapa yang paling tertib akan mendapat piagam cita cita tersebut lebih awal, dan berhasil.

Setelah mendapatkan pigam cita-cita sayapun mengajak mereka untuk foto bersama, dan seketika itu pula kembali suasana menjadi semakin tak terkendali. Ada yang naik diatas meja, ada yang naik diatas kursi ada yang naik diatas temannya dan ada pula yang naik diatas saya. Hahahaha…..dan menurut saya itu sungguh sangat….. menyenangkaaaaaannnn!!!! Hahahaha..

Berbagai mimpi berbagai macam cita-cita menyeruak di tulisan mereka, yang semulanya ada yang ingin jadi dokter ada yang berubah menjadi presiden namun lucunya tak ada satupun yang ingin jadi wakil presiden. Dokter, polisi, tentara, guru, arsitek, pemain sepak bola masih menjadi favorit mereka, daaaaann hanya satu orang yang mengangkat tangan ketika saya bertanya siapa yang mau jadi pegawai bank. Lumayan berhasil karena diawal tidak ada sama sekali yang mengangkat tangan ketika saya memberi pertanyaan yang sama.

Setelah menyelesaikan jam terakhir bermain di kelas, saya mengajak mereka menuju ke lapangan sekolah untuk bergabung dengan seluruh murid kelas 4,5,6 dan seluruh rombel kami siang itu. Bisa dibayangkan waktu menunjukan sekitar pukul 11 siang, matahari sedang gagah gagahnya dan murid murid SDN Jajar tunggal 1 sedang semangat-semangatnya. Woooowww…..butuh kerja ekstra keras untuk menertibkan mereka supaya mau bergantian menggantungkan daun cita cita di ranting ranting pohon impian.

Setelah berjibaku dengan pohon impian,seluruh relawan mengajak mereka untuk berkumpul di lapangan dan melaksanakan penutupan kegiatan di hari itu. Silahkan saja dibayangkan betapa “nikmat”nya bercengkerama dengan mereka dan mengatur mereka untuk mau mengikuti instruksi dari kami. Kak Radit siang itu menjadi penanggung jawab merangkap MC dan role model untuk melaksanakan game terakhir hari itu. Kami mengajak mereka untuk membuat satu lingkaran besar mengelilingi lapangan. Akhirnya setelah melalui keringat yang membentuk butiran jagung dan menghiasi sekujur tubuh, kami berhasil.

Mas Radit mulai memberi instruksi untuk melakukan game yang diberi nama ‘Tugu Pahlawan.” Mungkin rekan-rekan sudah sering mendengar permainan ini, jika memang belum pernah tahu dan ingin tahu, monggo silahkan hubungi mas Radit saja, karena kalau saya menjelaskan permainan ini butuh sekitar 10 paragraf lagi.. hahahahhaa. Nah silahkan disimak momen-momen keseruan game ini di foto-foto berikut.

Seruuu kan?? Selain bermain game Tugu Pahlawan, mereka berinisiatif menghibur kami dengan menyanyikan yel yel sekolah mereka. Isinya positif sekali kalau saya tidak salah tangkap intinya tentang mencintai lingkungan, menanam pohon, menjaga kebersihan dan buang sampah pada tempatnya. Pesan yang sejalan dengan materi yang sempat saya singgung di kelas-kelas yang saya masuki. Ya kepedulian, antusiasme dan kreatifitas menjadi tema saya hari ini, karena dengan ketiga hal tersebut bukan tidak mungkin kita menjadi pribadi yang lebih baik. Semuanya mengenai masalah sikap. Yes absolutely “attitude is the most important thing”.

Kami mengakhiri hari ini dengan foto bersama. Kebanyakan dari mereka juga menyempatkan diri untuk bertegur sapa dengan kami dan tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih, dan sebagian dari mereka juga meminta nomer telepon pribadi kami. Tentu dengan senang hati kami memberikannya. Dan yang membuat kami cukup tercengang adalah mereka meminta ID dari sosial media kami, entah itu Intagram atau Facebook. Yak kami terbangun dari tidur dan sadar bahwa kami sedang berada di Surabaya dan sosial media sudah menjangkit ke berbagai generasi di kota ini.

Merdeka, Menginspirasi, Memberi Arti. Begitu tautan yang didengungkan Kelas Inspirasi Surabaya 4. Sungguh program turunan dari Indonesia Mengajar cetusan Pak Anies Baswedan ini membuat banyak hati tergerak. Saya tidak pernah membayangkan gerakan ini menjadi begitu besar dan begitu masif di negeri ini. Banyak relawan saling berlomba untuk mendapatkan kesempatan ini walau hanya sehari, begitu pula dengan saya. Kegagalan menjadi relawan di KI Lumajang 2 tahun lalu dan kegagalan itu kembali terulang di KI Lamongan setaun yang lalu tidak menyurutkan kerinduan saya. Bermodal nekat dan pengalaman mengajar yang saya peroleh dari FKIP, Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Katolik Widya Mandala tercinta membuat saya pantang pulang sebelum mengajar..hahahahaha.

Mungkin tulisan ini cukup mewakili curahan hati saya yang berbinar binar hari itu, Terimakasih yang tak terhingga saya haturkan untuk rekan-rekan relawan yang luar biasa, dan di hari itu pula kalian saya anggap keluarga baru saya. Kalian hebat, kalian gila, kalian luar biasa, kalian benar benar menginspirasi! Terima kasih pak Akhbar seorang insinyur senior yang merelakan waktu bekerjanya demi mengikuti Kelas Inspirasi ini. Semangat Anda menyeberang pulau jauh-jauh dari batam menuju Surabaya untuk sebuah kegiatan nirlaba tidak akan bisa dilakukan oleh orang biasa.

Terima kasih mbak Tanti yang juga jauh-jauh meninggalkan hiruk-pikuk ibukota menerobos ratusan kilometer menuju Surabaya juga untuk kegilaan ini. Terima kasih juga mas Rusdi, seorang pengembara kelas inspirasi yang sudah mengorbankan waktunya menjadi fotografer di banyak kota di indonesia dan juga jauh-jauh datang dari kota kecil diujung timur pulau Jawa.

Kemudian para relawan pengajar dari berbagai sudut kota Surabaya. Ada mas Denny seorang pengusaha yang macak insinyur, mas Radit seorang video editor yang merangkap stand up comedian, mbak Maya seorang urban planner dan chef nasi goreng (saya baru tahu jika di dunia ini permainan The Sims pun terinfluence dari pekerjaan mbak Maya). Lalu mbak Dina seorang jurnalis dan ibu rumah tangga muda, mbak Asput seorang dokter gigi yang punya mental baja walau dalam keadaan berduka tetap berdedikasi menjalankan tanggung jawabnya, luar biasa!

Deretan fotografer dan videografer handal. Ada mas Aan, mbak Sarah yang berhasil mengambil foto-foto yang terpampang di tulisan saya ini, juga adek terkecil kami – dek Ifa seorang pejuang kecil yang punya nyali besar yang juga merangkap koordinator rombel ini yang sudah bersedia dengan sepenuh hati mengatur jadwal kami semua, juga berjasa penuh merekam keceriaan dan kegilaan kami di kelas. Terima kasih banyak.

Dan tidak lupa duo fasilitator kece yang sudah sangat baik dan sabar memenuhi permintaan kami yang cerewet ini, mbak Sita dan mbak Eva yang single tapi not available (ehem). Juga untuk jajaran guru, Kepala Sekolah dan staff SDN Jajar Tunggal 1 yang merelakan sekolahnya untuk kami eksploitasi, khususnya pak Joko – guru Penjas yang sudah bersedia sharing pengalaman dan memberi tips and trick untuk menghadapi murid-muridnya. Juga untuk rekan-rekan saya di Bank Panin yang sudah merelakan kartu ATM, KK dan Buku Tabungannya untuk menjadi media pengajaran dan mohon maaf kalau belum saya kembalikan.

Dan tak lupa Bu Retno dosen kesayangan sewaktu saya kuliah yang berkenan meluangkan waktu untuk memberi saran, masukan dan berdiskusi dengan mantan mahasiswanya yang dulu lebih dikenal sebagai the trouble maker dari pada seorang pengajar. Hehehehe. Makasih ya bu….

Bersyukur adalah reward sekaligus refleksi diri terindah dari Sang Pencipta untuk kita semua. Adik-adik di SDN Jajar Tunggal 1 mungkin belum seberuntung kita, disitulah tugas kita sebagai insan untuk berbagi keberuntungan dengan mereka. Para pejuang sudah berjuang merebut kemerdekaan, petani sudah bersusah payah bercocok tanam demi kelangsungan bahan pokok di Indonesia begitu pula dengan nelayan, masinis, pilot, presiden, jajaran menteri, lurah dan seluruh profesi yang ada di Indonesia. Dan mengutip kata- kata pak Anies baswedan “mendidik adalah tanggung jawab setiap orang terdidik. Berarti juga, anak anak yang tidak terdidik di Republik ini adalah “dosa” setiap orang terdidik yang dimiliki di Republik ini, Anak-anak nusantara tidak berbeda. Mereka semua berpotensi. Mereka hanya dibedakaan oleh keadaan” Sekarang kembali ke masalah hati. Tergerakkah hati anda?

“Mari berhenti mengutuk kegelapan, mari mulai menyalakan lilin”

Akhir kata, tulisan ini saya dedikasikan untuk seluruh relawan Kelas Inpirasi di seluruh penjuru republik ini, khususnya Kelas Inspirasi Surabaya, lebih khusus lagi Kelas Inspirasi Surabaya 4 dan paling khusus untuk rombel saya tercinta SDN Jajar Tunggal 1 Surabaya. Terimakasih karena sudah memerdekakan. Terima kasih karena sudah menginspirasi dan terima kasih karena sudah memberi arti! Semoga kita diberikan usia yang panjang agar bisa bertemu lagi di kesempatan yang berbeda, saya meyakini kemanapun kaki melangkah akhirnya hati jua yang menentukan. Sukses dimanapun kita berada Jaya dimanapun kita berpijak! JAYAMAHE!
Dari saya yang mencinta negeri ini.

raharjoRaharjo Prionggo Puspito / 1213007081
22, 23, 24 Agustus 2016