Menumbuhkan Pekerti Demi Indonesia #2

Target Penumbuhan Budi Pekerti

Dalam “Tesaurus Bahasa Indonesia” (Endarmoko, 2006) kata pekerti (kata benda) diartikan sebagai akhlak, etik, karakter, kepribadian, kesusilaan, moral, perangai, tabiat, tata susila, watak. Kemudian, kata karakter (kata benda) diartikan sebagai bawaan, hati, kepribadian, budi pekerti, perangai, perilaku, personalitas, reputasi, sifat, tabiat, temperamen, watak, jiwa, roh, semangat. Dan, kata budi pekerti (kata benda) diartikan sebagai adab, akhlak, etika, moral, perangai, susila, tabiat, watak. Jika dicermati, maka kata pekerti, budi pekerti, dan karakter memiliki kaitan semantis, atau ketiga kata tersebut bersinonim satu sama lain.Berdasarkan definisi tersebut, dapatlah dipahami bahwa pekerti atau budi pekerti itu berkaitan dengan watak, sifat, tabiat, dan perilaku seseorang berdasarkan nilai-nilai (moral) spiritual, sosial, dan budaya.

lulukPenulis:  Dr. V. Luluk Prijambodo, M.Pd. adalah Doktor dalam bidang Pendidikan Bahasa Inggris, dosen tetap pada Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP dan Magister Pendidikan Bahasa Inggris Program Pascasarjana Unika Widya Mandala Surabaya, Anggota Dewan Pendidikan Provinsi Jawa Timur, dan Asesor SMK pada Badan Akreditasi Sekolah/Madrasah Provinsi Jawa Timur.

Watak atau tabiat itu bersifat bawaan, dan oleh karenanyabisa bersifat relatif. Artinya, kadar watak itu bisa berubah, baik ke arah positif maupun negatif karena kebiasaan hidup seseorang karena pengaruh lingkungan sosial, budaya, maupun politik. Seseorang yang terlahir dengan kederungan bertabiat baik bisa berubah menjadi individu yang bertabiat buruk akibat lingkungan pergaulan yang buruk. Sebaliknya sesorang yang memiliki kebiasaan tak baik bisa merubah kebiasaan buruknya melalui proses pembiasaan yang baik. Kenyataan demikian mengimplikasikan bahwa tabiat itu harus secara terus-menerus dijaga, dipelihara, dirawat agar bertumbuh positif menjadi karakter diri yang baik. Seseorang yang memahami mana yang benar dan mana yang salah tidak secara otomatis akan berkarakter baik dan benar bila pemahamannya tentang baik dan benar hanya pada tataran konseptual. Internalisasi atau penghayatan pada nilai-nilai kehidupan yang baik dan membiasakan diri untuk bersikap dan berperilaku berdasarkan nilai-nilai kehidupan yang baik tersebut akan menumbuhkan dan meneguhkan karakter diri yang luhur.

 
Terkait dengan keperihatinan pada berbagai peristiwa yang memilukan yang terjadi di negeri ini akhir-akhir ini semisal konflik komunal yang berlatar agama di Papua dan Aceh, tindak kekerasan seksual pada anak yang disertai dengan penghilangan nyawa si korban, peredaran narkoba yang makin marak, women trafficking, kasus korupsi yang muncul silih berganti, pembukaan lahan perkebunan dengan metode pembakaran yang berkembang menjadi bencana nasional, dan peristiwa-peristiwa lainnya makin mengukuhkan tekad bersama untuk membetulkan kekeliruan sikap dan tindakan di negeri ini. Presiden Jokowi sudah melantangkan perlunya revolusi mental. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kita, Anies R. Baswedan, dalam rapat koordinasi dengan kepala dinas pendidikan provinsi se-Indonesia pada tanggal 10 Juli 2015 yang lalu menyerukan pentingnya penumbuhan budi pekerti. Himbauan simpatik itu seharusnyalah kita sambut dengan penumbuhan budi pekerti kita masing-masing agar kita bertumbuh dengan karakter diri yang semakin kokoh, luhur.Bertumbuhnya karakter-karakter diri yang baik, berwawasan kebangsaan dan menjunjung kebhinekaan itulah target penumbuhan budi pekerti. Apabila seluruh warga bangsa negeri ini telah berkarakter demikian, perilaku-perilaku yang bersifat menodai, mencabik, mendera simbol-simbol kebangsaan negeri ini tak akan pernah terjadi.

Lanjutkan membaca >>