Event Report – Talk Show RRI #3
Menyambung Talk Show perdana bulan lalu yang bertemakan “Pilar Keluarga”, Talk Show yang kedua ini bertajuk “Menumbuhkan Pekerti melalui Kesantunan Berbahasa” dengan narasumber Dr. V. Luluk Prijambada, M.Pd. dan Dr. Ruruh Mindari, M.Pd. Talk Show ini dilaksanakan pada hari Jumat 4 Maret 2016 dari pukul 15.00 sampai 16.00.
Tema ini diangkat karena keprihatinan kita melihat maraknya fenomena kekerasan yang dilakukan oleh para remaja akhir-akhir ini. Beberapa kasus yang terjadi misalnya tawuran antar sekolah, ‘bullying’ terhadap teman sekelas/sesekolah, dan yang ekstrim adalah pembunuhan yang dilakukan seorang anak kepada ayah kandungnya.
Berpegang pada pandangan umum “The way we speak and use words can determine how we see the world” yang dikenalkan oleh Sapir-Whorf, talk show ini dengan bahasa yang sederhana membahas bahwa cara berbahasa seseorang bisa membentuk pekerti karena bahasa membentuk realita atau kehidupan nyata orang tersebut.
Dalam lingkup yang lebih kecil, kebiasaan anak bertutur kata dalam kehidupan sehari-hari akan mempengaruhi anak tersebut dalam menyikapi sesuatu. Meskipun tidak mutlak, seorang anak yang terbiasa bertuturkata dengan santun akan cenderung berperilaku santun juga. Dan sebaliknya seorang anak yang suka berbicara kasar biasanya juga cenderung berperilaku kasar pula.
Penggunaan bahasa Jawa, yang memiliki tingkat tutur punya peran yang cukup berpengaruh dalam menumbuhkan pekerti anak. Sebagai ilustrasi, misalkan seorang anak bertanya apakah ibunya sudah makan dengan kalimat, “Ibuk sampun dhahar?” tentu menimbulkan kesan yang berbeda bila dibandingkan dengan ”Wis mangan Buk?” Ragam yang pertama (krama) lebih menimbulkan rasa sejuk dan rasa dihormati anak. Selain itu, kata-kata yang santun biasanya diikuti dengan gestur yang baik pula yang menunjukkan respek pada orangtua. Apabila penggunaan ragam krama dipandang terlalu kaku, paling tidak menggunakan ragam ngoko tetapi dengan menggunakan leksikon krama pada kata-kata tertentu saja, yaitu kata-kata yang mengacu pada orangtua/orang yang dihormati (ngoko andhap antya basa). Sebagai contoh, untuk mengatakan “Kata Ayah, saya boleh naik sepeda motor” dalam ngoko andhap adalah “Dhawuhe Bapak aku pareng numpak sepeda motor.” Dengan kesantunan berbahasa ini rasa hormat pada orangtua akan timbul dan meminimalkan konflik baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat luas.
Dalam bahasa Inggris juga ada kesantunan berbahasa. Misalnya untuk minta ijin ke kamar kecil, seorang mahasiswa akan lebih santun bila mengatakan “May I wash my hand?” daripada “Can I go to the toilet?” Seorang guru atau dosen juga lebih santun mengatakan “Could you wait for a moment?” daripada “Wait!”
Kebiasaan atau cara anak berbicara tentu banyak meniru kebiasaan orangtuanya, oleh sebab itu orangtua berperanan besar dalam memberi teladan berbahasa kepada putra-putri mereka. Dengan membiasakan anak-anak berbicara dengan santun, orangtua membantu menumbuhkan pekerti mereka dan dengan demikian akan mengurangi konflik-konflik dalam kehidupan sosial mereka.